·
IFRS di Amerika, Eropa, dan Asia
IFRS (International
Financial Reporting Standards and Practices ) merupakan standar
akuntansi internasional yang diterbitkan oleh International Accounting Standard
Board (IASB). Standar Akuntansi Internasional (International Accounting
Standards/IAS) disusun oleh empat organisasi utama dunia yaitu Badan
Standar Akuntansi Internasional (IASB), Komisi Masyarakat Eropa (EC),
Organisasi Internasional Pasar Modal (IOSOC), dan Federasi Akuntansi
Internasioanal (IFAC). IFRS juga merupakan suatu tata cara bagaimana perusahaan
menyusun laporan keuangannya berdasarkan standar yang bisa diterima secara
global. Jika sebuah negara beralih ke IFRS, artinya negara tersebut sedang mengadopsi
bahasa pelaporan keuangan global yang akan membuat perusahaan (bisnis) bisa
dimengerti oleh pasar dunia. IFRS diterbitkan sebagai upaya untuk memperkuat
arsitektur keuangan global dan mencari solusi jangka panjang terhadap kurangnya
transparansi informasi keuangan.
Adapun tujuan penerapan IFRS adalah:
1. Memastikan bahwa laporan keuangan
internal perusahaan mengandung informasi berkualitas tinggi;
2. Transparansi bagi pengguna laporan dan
dapat dibandingkan sepanjang periode yang disajikan;
3.
Dapat dihasilkan dengan biaya yang tidak
melebihi manfaat untuk para pengguna; dan
4.
Meningkatkan investasi.
Ada beberapa alasan munculnya akuntansi
internasional atau yang dikenal dengan IFRS yaitu:
1.
Semakin luasnya jangkauan perusahaan
multi nasional;
2.
Adanya investasi dari dan ke luar
negeri;
3.
Fluktuasi keuangan yang menimbulkan
perubahan kurs valas; dan
4. Di dalam pasar modal USA yaitu NYSE (New
York Stock Exchange), dimana terdapat 1.200 perusahaan asing yang
terdaftar.
Negara yang telah mengadopsi sistem IFRS
contohnya seperti:
1. Amerika
Usaha mengkonvergensi dengan IFRS meliputi:
A. Metode akuntansi penggabungan usaha, goodwill yang timbul
dari akuisisi, pencatatan investasi dalam perusahaan asosiasi, penyusutan,
akuntansi kemungkinan kerugian, leases keuangan, pajak tangguhan dan
pencadangan untuk perataan penghasilan sudah sama dengan IFRS;
B. Penilaian asset, penilaian persediaan berbeda dengan
IFRS.
2. Belanda
Usaha mengkonvergensi dengan IFRS meliputi:
A. Peraturan yang sudah sama tentang akuntansi penggabungan
usaha, pencatatan investasi untuk perusahaan asosiasi, penilaian asset,
penyusutan asset tetap, akuntansi kemungkinan kerugian, leases keuangan, pajak
tangguhan;
B. Peraturan yang belum
sama tentang pencatatan goodwill, penilaian persediaan, perataan penghasilan.
3. Inggris
Usaha mengkonvergensi dengan IFRS meliputi:
A. Persamaan UKGAAP dengan IFRS tentang metode
penggabungan usaha, pencatatan investasi, penilaian asset, penyusutan,
penilaian persediaan, akuntansi kerugian, Lease, pajak yang ditangguhkan;
B. Perbedaan dengan IFRS dalam hal perlakuan
terhadap goodwill, adanya pencadangan untuk perataan penghasilan.
4. Jepang
Usaha mengkonvergensi dengan IFRS meliputi:
A. Praktek akuntansi yang sudah sama tentang metode penggabungan usaha, pencatatan investasi,
akuntansi kemungkinan kerugian, leases, pajak yang ditangguhkan;
B. Praktek akuntansi yang belum sama tentang goodwill, penilaian asset, penyusutan asset, penilaian
persediaan, cadangan perataan penghasilan.
5. Perancis
Usaha mengkonvergensi dengan IFRS meliputi:
A. Beberapa aturan yang sama dengan IFRS adalah tentang metode
penggabungan usaha, pencatatan invetasi, penilaian persediaan;
B. Sedang yang belum sama adalah tentang goodwill, penilaian asset, penyusutan, leases, pajak
yang ditangguhkan, ada cadangan untuk perataan penghasilan.
6.
Indonesia
Indonesia merupakan negara yang masih dalam tahap
transisi pada peraturan IFRS. Program konvergensi PSAK ke IFRS telah
dicanangkan IAI pada Desember 2007. Konvergensi IFRS di Indonesia dilakukan secara
bertahap dan ditargetkan akan selesai pada tahun 2012 (BAPEPAM–LK, 2010).
Pemerintah Indonesia sangat mendukung program konvergensi PSAK ke IFRS. Hal ini
sejalan dengan kesepakatan antara negara-negara yang tergabung dalam G20 yang
salah satunya adalah untuk menciptakan satu set standar akuntansi yang
berkualitas yang berlaku secara internasional. IFRS merupakan jawaban atas
kebutuhan standar yang dapat dibandingkan dengan negara lain, SAK Indonesia
merupakan SAK lokal yang sulit untuk dibandingkan dengan SAK negara lain.
·
Standar Pelaporan dan Pengungkapan
Dalam akuntansi
keuangan dikenal adanya standar yang harus dipatuhi dalam pembuatan laporan
keuangan. Standar tersebut diperlukan karena banyaknya pengguna laporan
keuangan. Jika tidak terdapat standar, perusahaan dapat saja menyajikan laporan
keuangan yang mereka miliki sesuai dengan kehendak mereka sendiri. Hal ini
tentunya akan menjadi masalah bagi para pengguna karena akan menyulitkan untuk
memahami laporan keuangan yang ada. Setiap negara tentunya mempunyai aturan
akuntansi (standar) yang berbeda-beda. Perbedaan itu mencakup perlakuan,
metode, penyajian dan pelaporan. Perbedaan akuntansi tiap negara akan
menyulitkan bagi para pengguna laporan keuangan terutama bagi para analis,
auditor, investor dan kreditor yang lingkup kerjanya melewati batas negara.
Agar pemahaman laporan
keuangan menjadi lebih mudah, maka perlu ditetapkannya suatu aturan atau
standar yang seragam. Atas dasar hal tersebut muncullah isu konvergensi. Dengan
adanya konvergensi diharapkan dapat menjembatani persepsi yang keliru dalam
mengartikan laporan keuangan karena semua negara aturannya seragam dengan
pemahaman yang sama. Dengan konvergensi maka tidak ada lagi persepsi yang salah
dalam menginterpretasikan laporan keuangan.
Saat ini kalangan para
akuntan atau orang yang berkecimpung dalam bidang akuntansi, baik itu praktisi
di perusahaan, KAP (Kantor Akuntan Publik), maupun akademisi (pengajar
akuntansi), sedang hangat-hangatnya membicarakan masalah konvergensi IFRS.
Banyak pro dan kontra mengenai pentingnya IFRS, akan tetapi keputusan IAI
(Ikatan Akuntan Indonesia) menetapkan bahwa pada tahun 2012 Indonesia akan
menerapkan IFRS.
Indonesia saat ini
menggunakan Prinsip-prinsip Akuntansi Berterima (yang berlaku) Umum atau istilahnya
PABU yang disusun oleh IAI (Ikatan Akuntan Indonesia) yang terbit dalam bentuk
buku bernama SAK (Standar Akuntansi Keuangan). Dahulu sebelum SAK, dikenal PAI
(Prinsip-prinsip Akuntansi Indonesia). Di dunia ada banyak sistem akuntansi
yang berbeda-beda. Saat ini sistem akuntansi di Indonesia mengacu pada standar
akuntansi Amerika atau GAAP (Generally Accepted Accounting
Principles) yang disusun olehFASB (Financial & Accounting
Standards Board), yang terbit dalam bentuk buku bernama SFAS (Statements
of Financial and Accounting Standards). Beberapa tahun yang lalu, sebelum
akuntansi kita mengacu pada akuntansi Amerika, Indonesia menerapkan sistem
pembukuan Belanda yang dikenal dengan istilah tata buku (book keeping).
Dengan adanya standar yang berbeda-beda, maka dirasa perlu munculnya akuntansi
internasional yang diharapkan mampu mengatasi perbedaan akuntansi yang ada di
banyak negara. IAI menyatakan bahwa Indonesia akan menerapkan program
konvergensi IFRS atau IndonesianGAAP yang akan dikonvergensikan secara
penuh pada tanggal 1 Januari 2012.
Menurut Jurnal Akuntan
Indonesia (Juni, 2009):
1) PSAK 50 (revisi 2006) dan PSAK 55 (revisi 2006) yang semula berlaku efektif
untuk periode pada satau setelah 1 Januari 2009 diubah menjadi 1 Januari 2010.
2) PSAK 50 mengacu pada IAS 32 (revisi 2005), mengenai Instrumen keuangan:
penyajian dan pengungkapan.
3) PSAK 55 mengacu pada IAS 39 (revisi 2005), mengenai Instrumen keuangan:
pengakuan dan pengukuran
Konvergensi standar
akuntansi dapat dilakukan dengan 3 cara yaitu: harmonisasi (membuat standar
sendiri yang tidak berkonflik dengan IFRS), adaptasi (membuat standar sendiri
yang disesuaikan dengan IFRS), atau adopsi (mengambil langsung dari IFRS).
Apabila adopsi penuh IFRS dilakukan, maka laporan keuangan berdasarkan PSAK tidak
memerlukan rekonsiliasi signifikan dengan laporan keuangan berdasarkan IFRS.
Manfaat Adopsi penuh IFRS:
1) Memudahkan pemahaman atas laporan keuangan dengan menggunakan SAK (Standar
Akuntansi Keuangan) yang dikenal secara internasional.
2) Meningkatkan arus investasi global melalui transparansi.
3) Menurunkan biaya modal dengan membuka peluang fund raisingmelalui
pasar modal global.
4) Menciptakan efisiensi laporan keuangan
Strategi adopsi ada dua cara, yaitu:
1) Big Bang Strategy, adopsi penuh dilakukan sekaligus tanpa
masa transisi (strategi ini biasanya digunakan oleh negara-negara maju dan
sebagian kecil negara berkembang seperti : Afrika Selatan).
2) Gradual Strategy, adopsi secara bertahap, dengan masa
transisi
Proses Konvergensi PSAK dengan IFRS akan berdampak pula terhadap pendidikan
yaitu:
1) Perubahan mind stream dan rule –based kepada principle
based.
2) Banyak menggunakan professional judgment:pemahaman substansi
dan prinsip yang diatur serta integritas.
3) Banyak menggunakan fair value accounting :perubahan dari income
statement approach ke balance sheet approach.
4) IFRS selalu berubah dan konsep yang digunakan dalam suatu IFRS dapat
berbeda dengan IFRS lain, misalnya lease meggunakan risk
and rewardconcept dan pemutakhiran IFRS merupakan suatu keharusan.
5) Perubahan textbook dari US GAAP kepada IFRS
Saat ini Standar
Akuntansi Keuangan milik Indonesia sebagian besar sudah sama dengan IFRS.
Indonesia melakukan konvergensi IFRS ini karena Indonesia sudah memiliki
komitmen dalam kesepakatan dengan negara-negara G-20. Tujuan kesepakatan
tersebut adalah untuk meningkatkan transparansi dan akuntabilitas dalam
pelaporan keuangan. Selain itu, konvergensi IFRS akan meningkatkan arus
investasi global melalui keterbandingan laporan keuangan (saat ini sekitar 120
negara sudah berkomitmen untuk melakukan konvergensi IFRS). Konvergensi IFRS
seharusnya dicapai Indonesia pada tahun 2008, namun karena beberapa hal, DSAK
(Dewan Standar Akuntansi Keuangan) berkomitmen bahwa konvergensi akan dicapai
pada 1 Januari 2012.
Dunia internasional,
IFRS telah diadopsi oleh banyak negara, termasuk negara-negara Uni Eropa,
Afrika, Asia, Amerika Latin dan Australia. Di kawasan Asia, Hongkong, Filipina
dan Singapura pun telah mengadopsinya. Sejak 2008, diperkirakan ada sekitar 80
negara mengharuskan perusahaan yang telah terdaftar dalam bursa efek global
menerapkan IFRS dalam mempersiapkan dan mempresentasikan laporan keuangan.
Sumber :
Natalia Titiek Wiyani,
S.Pd. Standarisasi, Harmonisasi dan Konvergensi IFRS (International Finance
Reporting Standar and Practices).
Dewi Sri Marasanti.
Dampak Konvergensi Standar Pelaporan Keuangan Internasional Terhadap Bisnis dan
Pendidikan Indonesia. Politeknik Negeri Semarang.
Ferry Danu Prasetya.
Perkembangan Standar Akuntansi Keuangan di Indonesia-Jurnal Ilmiah Mahasiswa
Akuntansi-Vol, No.4, Juli 2012. Unika Widya Mandala Surabaya.
Indhira Kuspratiwi.
Pengaruh Konvergensi IFRS dan Kepemilikan Saham Asing Terhadap Konservatisme
Akuntansi. Universitas Sebelas Maret.
Heri Sukendar, W.
Konvergensi Standar Laporan Keuangan Ke Standar Pelaporan Keuangan
Internasional-Journal the winner, Vol.10 No.1, Maret 2009:10-21.
Universitas Bina Nusantara.
Intan Immanuela.
Adopsi Penuh dan Harmonisasi Standar Akuntansi Internasional. Universitas Widya
Mandala Madiun.
Murnia Ana Sulfia
Situmorang. Transisi Menuju IFRS dan Dampaknya Terhadap Laporan Keuangan.
Universitas Diponegoro.
Tulisan Ini Adalah Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Akuntansi
Internasional
Nama
: F. Azhariana
Dosen
: Jessica Barus, S.E., Mmsi.
UNIVERSITAS
GUNADARMA